Article Detail

Keranjang Magic

Beranjak dari kunjungan kami ke Dupak, kami langsung menuju ke Jambangan, tujuan kami adalah Bank Sampah Pitoe (7). Sesampainya disana kami disambut oleh Kak Atik, Mentor dari Bank Sampah yang sudah menunggu kedatangan kami.

Ibu Yulia, manajer Bank Sampah mulai menjelaskan pada kami tentang pengolahan sampah basah (sisa makanan yang sudah diolah, sisa sayuran dan lain-lain) dengan model pengolahan “Keranjang Takakura” yang terbuat dari keranjang bekas yang dilapisi dengan kardus bekas yang nantinya akan dialasi dan ditutup dengan bantalan sekam (sekam yang dimasukkan ke dalam selembar kain dan dijahit rapat menyerupai bantal). Keranjang yang sudah dialasi dengan bantalan sekam  ini diisi dengan pupuk kompos yang sudah jadi yang berfungsi sebagai starter dan ditutup juga dengan bantalan sekam sebelum ditutup lagi dengan tutup keranjang yang sudah dilapisi pula dengan kain. Jadilah keranjang ini sebagai “Keranjang Takakura” yang berguna sebagai “Komposter Sederhana” yang dapat diletakkan di dalam ruangan karena keranjang ini bebas bau meskipun diisi dengan sampah basah (limbah dapur).

Kami belajar pula tentang pengolahan dan pemanfaatan sampah kering yang disampaikan oleh Kak Atik. Yang termasuk ke dalam klasifikasi sampah kering adalah kertas, plastik, daun kering, dan lain-lain. Cara mengelola sampah kering adalah dengan memilah sampah plastik dan bukan plastic. Sampah plastik dapat didaur ulang menjadi bentuk lain, demikian juga dengan sampah kering yang lain akan didaur ulang menjadi bentuk yang lain. Nah sampah kering inilah yang menjadi tanggungjawab Bank Sampah Pitoe untuk didaur ulang.

Setelah kami semua mengikuti pembelajaran tentang pengolahan sampah basah dan sampah kering, kami harus mengisi lembar evaluasi kegiatan ini dan mengerjakan LKS. Dari kegiatan ini kami menjadi lebih paham bagaimana memanfaat kan barang yg sudah tak terpakai menjadi barang yang lebih bermanfaat. Menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat ternyata tidak sulit, semua harus kita mulai dari diri kita sendiri. Mencintai bumi dengan tidak membiarkannya kotor dan tercemar. Karena “Bumi bukanlah stadion tempat kita berlomba mengeruk pundi harta sebanyak mungkin, tetapi sebuah rumah dengan taman bermain yang selayaknya kita rawat untuk anak-anak kita” (Gobind Vashdev). (Khalis/Isti)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment