Article Detail

Serda KKO Anumerta Usman dan Kopko Anumerta Harun

Serda KKO Anumerta Usman Janatin dan Kopko Anumerta Harun Thohir atau yang akrab disapa Usman-Harun merupakan dua anggota KKO (Marinir) yang dikenal semenjak aksinya melakukan semacam teror di Orchard Road, Singapura. Bernama lengkap Usman Haji Muhammad Ali, lahir pada 18 Maret, 1948 di Jatisaba. Tidak diketahui dengan jelas tentang keluarga Usman, namun ia kemudian lulus dari sekolah menengah pada tahun 1962. Ia kemudian memulai karir militernya pada tahun 1962, ketika ia mendaftarkan diri ke Sekolah Calon Tamtama KKO-AL (Secatmoko), Malang, dan akhirnya Usman lulus pada 1 Juni 1962. Setelah lulus, Usman akhirnya masuk ke Korps Marinir Indonesia atau yang waktu itu adalah KKO. Berpindah kepada Harun Thohir. Pria dengan nama lengkap Harun bin Said lahir pada 14 April 1943 di Bawean, Jawa Timur dari pasangan Mandar dan Aswiyani. Kesehariannya sebagai anak buah kapal dagang Singapura membuat Harun sangat hafal tentang daratan dan jalur pelayaran Singapura. Berbekal pengalamannya tersebut membuat ia termotivasi untuk menjadi TNI AL. Tidak diketahui kapan Harun memulai karir militernya, namun petualangan Usman dan Harun dimulai semenjak Konfrontasi Indonesia-Malaysia yang dimulai pada 1963. Konfrontasi ini merupakan sebuah peristiwa yang terkait persengketaan wilayah dan penolakan penggabungan wilayah Sabah, Brunei, dan Sarawak. Akibat dari konfrontasi ini, sempat membuat Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB pada 1965. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh rencana untuk mendirikan Federasi Malaysia pada tahun 1961 yang kemudian ditentang oleh Presiden Soekarno dan akhirnya menimbulkan sebuah Konfrontasi. Soekarno menentan rencana ini karena beliau berpendapat bahwa Malaysia hanyalah alat Inggris untuk menghancurkan Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah ini, Indonesia mengupayakan diplomasi. 31 Mei 1963, Presiden Soekarno bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia, Tuanku Abdul Rahman di Tokyo, Jepang. Pertemuan di Tokyo ini kemudian berlanjut lewat Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri di Manila, Filipina pada 7-11 Juni 1963. Pertemuan tersebut berbuah manis bagi Federasi Malaysia, dimana Indonesia dan Filipina akhirnya menyetujui berdirinya Federasi Malaysia. Sebelumnya, Filipina juga sempat menentang rencana pendirian Federasi Malaysia karena Filipina mengklaim Sabah, yang daerah itu dulunya mempunyai hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu. Meskipun sudah disetujui pendiriannya, warga di Kuala Lumpur yang anti-Indonesia melakukan unjuk rasa. Akibatnya, Konfrontasi kembali terjadi. Presiden Soekarno mengirim pasukan militer tidak resmi menuju Malaysia. Usman-Harun merupakan salah satu bagian dari rencana tersebut. Menurut Singapore Infomedia, Usman dan Harun tiba di Singapura pada 10 Maret 1965 pada pukul 11.00. Tanpa membuang banyak waktu, Usman dan Harun kemudian melancarkan aksi terornya di Mac Donald House (MDH) yang terletak di Orchard Road, Singapura. Pada saat itu, Usman dan Harun menyamar sebagai warga biasa dan sedang menuju ke MDH. Usman dan Harun meletakkan bahan peledak di lantai mezanine bangunan di dekat lift tersebut. Setelah meletakkan bahan peledak dan menyalakan sumbu, mereka meninggalkan tempat tersebut pada 15.00 dengan menggunakan bus. Sebelumnya, mungkin muncul pertanyaan. Mengapa Usman dan Harun meneror Singapura, padahal Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia? Jawabannya adalah karena pada saat itu, Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia. Kembali ke lokasi kejadian, bom akhirnya meledak pada 15.07. Ledakan tersebut merusak pintu lift dan toko-toko di sekitarnya. Ada banyak versi mengenai korban dari peristiwa ini, ada yang mengatakan 6 orang meninggal dunia, ada yang mengatakan 2 orang meninggal dunia, ada yang mengatakan 3 orang yang meninggal duniam ada yang mengatakan 33 orang terluka parah. Setelah peristiwa ini, dilakukan investigasi dan ditemukan bahwa ada sekitar 9 higga 11 kg bahan peledak nitrogliserin yang digunakan. Nitrogliserin adalah semacam zat kimia yang mirip dengan nuklir, yang kini banyak digunakan untuk membuat bom. Tiga hari berselang setelah peristiwa tersebut, pemerintah Singapura akhirnya menangkap Usman dan Harun ketika sedang berusaha untuk melarikan diri dari Singapura. Setelah tertangkap, mereka berdua kemudian diadili dan diputuskan bahwa mereka akhirnya diberikan hukuman mati. Pemerintah Indonesia yang mendengar itu juga berusaha mati-matian untuk mengembalikan dua prajurit mereka kembali ke Tanah Air dengan keadaan yang baik. Namun, akibat dari peristiwa teror yang fatal tersebut, membuat pemerintah Singapura tetap teguh dengan pendiriannya untuk tetap menghukum mati Usman dan Harun. Usman dan Harun akhirnya dihukum mati pada 17 Oktober 1968 di Changi, Singapura dan setelah dihukum mati, jenazah mereka berdua kemudian langsung diterbangkan kembali ke Tanah Air dan disambut oleh ratusan warga di bandara Kemayoran. Keesokan harinya, jenazah Usman dan Harun dimakamkan secara terhormat di taman makam pahlawan Kalibata dan mereka kemudian mendapatkan penghargaan Pahlawan Nasional dari pemerintah. Yohanes Paulus Dewa Made Mazmur Nusantara Raya

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment