Article Detail
Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dan Sendangsono
Romo Yusuf
Bilyarta Mangunwijaya dan Sendangsono
Oleh: Yohanes
Bilyarta Dewa Gde Arka Kalvari
(Siswa Kelas IX, SMP Santo Yosef Surabaya)
RD
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Romo Mangun) adalah rohaniwan yang menulis banyak
buku dan juga arsitek Goa Maria Sendangsono dan Gereja Gedono, Salatiga,
Semarang. Romo Mangun lahir di Ambarawa, Semarang tanggal 6
Mei 1929 dan meninggal di Jakarta tanggal 10 Februari 1999. Beliau adalah anak sulung dari 12
bersaudara, bapaknya adalah Yulianus Sumadi dan ibunya adalah Serafin
Kamdaniyah. Romo Mangun wafat karena serangan jantung setelah menjadi seminar
di Hotel Le Meridien, Jakarta, tentang Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya
Membentuk Masyarakat Indonesia Baru. Makam Romo Mangun di komplek Seminari
Tinggi Kentungan, Yogyakarta. Beliau ditahbiskan Romo Albertus
Soegijapranata, sj tanggal 8 September 1959.
Sendangsono adalah Goa Maria yang
lokasinya di Yogyakarta, dikelola oleh Gereja Santa Maria Lourdes, sangat ramai
dikunjungi peziarah terutama pada bulan Mei dan Oktober setiap tahunnya. Selain
berdoa dan berziarah, peziarah mengambil air suci dari sumbernya, karena mereka
percaya air suci itu bisa menyembuhkan semua penyakit dan menjadi berkat.
Awalnya Sendangsono merupakan ‘rest
area’ para pejalan kaki yang bepergian ke luar kota di Jawa tengah, tempat itu
banyak dikunjungi karena keberadaan sendang (mata air) yang muncul di antara
dua pohon sono. Ternyata tempat itu juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniwan Budha dalam
rangka menyucikan dan menyepikan diri.
Tanggal 14
Desember 1904 silam Romo Van Lith membaptis 171 warga
setempat dengan air yang bersumber di bawah kedua pohon Sono. Patung
Bunda Maria di Sendangsono dipersembahkan oleh Ratu Spanyol yang dengan begitu
susahnya diangkat beramai-ramai naik dari bawah Desa Sentolo oleh umat
Kalibawang.
Kompleks ziarah Sendangsono berada
beberapa kilometer dari jalan raya, masuk ke jalan yang lebih kecil dengan
kondisi naik-turun yang cukup terjal dan sedikit rusak di beberapa titik, namun
masih dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Memasuki jalan menuju lokasi,
sepanjang kiri kanan jalan terhampar kios-kios penjual cindera mata dan
barang-barang rohani. Peziarah dapat membeli lilin, jerigen atau botol
berbentuk patung Bunda Maria untuk menyimpan air Sendangsono.
Dari pintu gerbang masuk, peziarah
dapat menemukan rute jalan salib
besar. Jalan Salib besar ini berawal di Gereja yang berada di bawah kompleks
ziarah Sendangsono. Peziarah yang ingin mengunjungi Gereja tersebut dapat
mengakses jalan yang terletak beberapa ratus meter sebelum lokasi parkir
Sendangsono dengan mengikuti petunjuk jalan yang ada.
Sendangsono, Goa Maria yang dibangun Romo
Mangun, warna pagarnya merah, di dekat patung Bunda Maria ada salib besar
berwarna hitam. Di komplek Goa Maria ini juga terdapat makam Barnabas Sarikromo,
katekis awal di Jawa. Patung Bunda Maria di Sendangsono
dipersembahkan oleh Ratu Spanyol yang dengan begitu susahnya diangkat
beramai-ramai naik dari bawah Desa Sentolo oleh umat Kalibawang.
Pesan
pentingnya adalah, kita harus belajar dengan tekun supaya dapat mengembangkan
bakat dan kemampuan kita. Selain belajar dengan tekun, kita juga harus bekerja
keras seperti Romo Mangun supaya hasil yang kita peroleh baik. Romo Mangun memiliki
banyak bakat dan karyanya bagus. Akhirnya, jangan lupa bersyukur kpada Tuhan atas
apa yang Tuhan ciptakan dan berikan kepada kita.
-
there are no comments yet