Article Detail
Nilai-Nilai Ketarakanitaan dan Pandemi
Menyambut Era Revolusi Industri
4.0 kita sudah ditantang untuk mau belajar mengenal dan menguasai teknologi.
Seperti halnya menyambut sesuatu yang baru, kita masih mangu-mangu antara
sekarang atau nanti, iya atau tidak, sehingga tekesan kita belajar teknologi
dengan setengah-setengah. Datanglah Pandemi yang kemudian memaksa kita untuk
mau tidak mau mengenal dan menguasai teknologi. Tidak ada kata nanti jika kita
tak ingin tertinggal jauh.
Bukan hanya peserta didik yang
dituntut untuk mengenal, menguasai, bahkan akrab dengan teknologi, para
pendidik tak peduli senior atau junior, masih panjang waktu berkaryanya atau
sebentar lagi purna tugas, semua seolah dipaksa untuk mengenal dan menguasai
teknologi. Adalah dalam nilai ketarakanitaan yang kita gunakan sebagai pedoman
mendampingi peserta didik, Competence, Conviction, dan Creativity. Kehadiran
teknologi yang menantang kita untuk berjuang menguasainya kemudian
menjadikannya sarana mengembangkan diri, adalah implementasi dari nilai-nilai
ketarakanitaan itu sendiri.
Nilai ketarakanitaan yang lain
adalah KPKC, Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan, yang dalam implementasinya
antara lain adalah mengurangi penggunaan plastic dan steroform, juga mengurangi
penggunaan kertas atau paperless.
Mengurangi penggunaan plastic dan steroform sudah berhasil dilakukan dalam
beberapa tahun terakhir ini, akan tetapi gerakan paperless tentu tidak mudah diterapkan. Pendidik masih membutuhkan
literature materi ajar dan peserta didik masih membutuhkan buku tulis sebagai
catatan, belum lagi kelengkapan administrasi pendidik yang tidak sedikit. Paperless seolah menjadi hal yang tidak
mungkin dilakukan karena hal-hal tersebut.
Lagi-lagi karena Pandemi, kita
justru mendapatkan kesempatan untuk melakukan hal yang tadinya hampir tidak
mungkin dilakukan. Pembelajaran yang dilakukan secara daring bukan tidak
mungkin membantu kita untuk melakukan gerakan paperless ini. Pembelajaran secara daring telah difasilitasi dengan
berbagai macam platform yang beragam dan kita tinggal memilih sesuai kebutuhan.
Platform belajar tersebut biasanya dilengkapi dengan media penyampaian materi
sampai dengan penugasan bagi peserta didik.
Misalnya saja Google Classroom,
dalam aplikasi berbasis Google ini tidak membutuhkan aplikasi untuk perangkat
laptop, dan membutuhkan download aplikasi untuk perangkat smartphone bahkan
dengan size yang sedikit. Peserta didik dapat langsung mengerjakan tugas pada
kolom komentar pribadi (private comment ) maupun dalam kolom komentar kelas,
tanpa harus melampirkan file. Pendidik juga dapat langsung melakukan penilaian
tugas siswa melalui menu tugas siswa, memeriksa dan memberikan nilai sekaligus
mengembalikan pekerjaan siswa persis seperti alur pemberian tugas secara manual
pembelajaran tatap muka.
Selain penugasan, dalam Google
Classroom juga tersedia menu penyampaian materi belajar yang beragam, mulai
dari menyisipkan file, link, hingga Google Apps misal Google Form. Hal ini
sungguh-sungguh mendukung gerakan paperless
pada akhirnya. Bukan hanya penugasan dan pemberian materi belajar saja, tetapi
peserta didik dan pendidik juga dapat membuat catatan digital menggunakan media
web online misalnya Flip Book. Flip Book yang juga sangat beragam pilihan
adalah salah satu media belajar digital,
pendidik dapat membuat catatan berbasis format PDF untuk diconvert ke format
Flip Book yang tentu menarik bagi peserta didik mengingat ini adalah hal baru.
Flip Book bisa menjadi alternative penyampaian materi selain Power Point,
selain itu, peserta didik juga dapat membuatnya sebagai catatan digitalnya. Sebagai
contoh adalah link Agenda siswa berikut https://www.flipbookpdf.net/web/site/1958cd9c4ae81d8b1b7f9ee7893452d884a9cd80202008.pdf.html#page/1
atau materi dari pendidik berikut https://www.flipbookpdf.net/web/site/31a8ba0eabd8eb3e1e2e56ce11e91843619ae559202008.pdf.html#page/1
atau peserta didik diminta membuat catatan digital seperti berikut ini https://www.flipbookpdf.net/web/site/76fffa18bb09cd0c89237f8a16228d545fb56aea202007.pdf.html#page/1.
Intinya, Pandemi ini justru membuat kita mampu melakukan beberapa hal yang
justru kita anggap tidak bisa dilakukan dengan baik di masa normal.
Bagaimana mungkin kita tidak
bersyukur dengan kehadiran Pandemi jika demikian? Berkat-berkat lain yang
mengikuti kehidupan kita sepanjang masa Pandemi pun tak terhitung
banyaknya, memiliki kebiasaan baru yang
membangun budaya baru yang lebih baik, misalnya lebih sering mencuci tangan dan
membersihkan diri sesaat setelah berada di luar rumah, dan lebih menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Bukan hanya itu saja, tentu setiap pribadi
mampu merasakan dan merefleksikan secara pribadi berkat-berkat yang menyertai
Pandemi.
-
there are no comments yet