Article Detail
Biarlah Gadget
Sebagian besar orangtua masih risau dengan kehadiran teknologi bernama Gadget di tengah kehidupan putera-puterinya. Lalu, apakah orangtua akan serta merta tidak memberikan alat komunikasi multifungsi ini kepada mereka? Sanggupkah orangtua menerima pesan "anaknya gaptek atau ketinggalan jaman"? Lalu apakah keputusan memberikan gadget pada anak-anak sudah diimbangi dengan berbagai komitmen?
Menyikapi kegalauan orangtua ini, sekolah sebagai keluarga kedua harus mampu menyediakan tempat anak-anak melakukan kesenangan yang tidak diperkenankan di rumah, agar sekolah menjadi pelarian yang tepat bagi mereka. Guru harus kreatif secara intens mengajak anak-anak menimba banyak manfaat dari gadgetnya, bahkan harus membuat mereka kecanduan belajar dari gadgetnya. Misalnya saja, buat anak-anak tertarik dengan metode belajar menggunakan teknologi satu ini, ijinkan mereka mengeksploitasi gadgetnya untuk menemukan berbagai hal baru yang dapat mereka ketahui. Diberikan tugas menemukan materi pengayaan sesuai dengan apa yang sedang dipelajarinya dengan menggunakan fasiltas browser. Mereka juga bisa diajak untuk melakukan pekerjaan design kecil-kecilan, misal membuat video pendek tentang pembelajarannya, mengedit foto dan video materi belajarnya, bahkan mengupload kegiatan belajarnya.
Banyak fitur yang tersedia pada gadget yang mereka miliki, dari sana mereka bisa menemukan dan belajar banyak hal. Orangtua perlu mendampingi dan sesering mungkin bertanya apa yang dilakukan anak dengan gadgetnya, bukan sekedar mengahkimi bahwa gadgetnya hanya digunakan bermain game. Orangtua juga semestinya mengenal bahwa beberapa game justru membuat anak belajar banyak hal, misalnya MineCraft yang membuat anak belajar mendesign dan kecakapan motorik sensorik halus, Duolingo yang membuat anak belajar banyak bahasa asing dengan cara autodidak, dan masih banyak lagi permainan digital yang positif.
Orangtua tidak pernah menyadari bahwa dengan menonton Youtbe pun anak-anak sedang belajar menirukan, yang artinya secara tidak langsung mereka terinspirasi. Anak-anak di bawah usia 5 tahun yang gemar menonton Youtube sebenarnya sudah belajar bagaimana menemukan tontonan-tontonan yang menarik baginya tanpa perlu diajari. Hanya dibutuhkan pendampingan supaya mereka tidak salah memilih. Jadi mengapa harus risau dengan kehadiran teknologi? Sudah biukan saatnya lagi euphoria dengan gadget apalagi dengan merek yang bergengsi, cukuplah jika itu bisa membuat anak-anak menemukan apa yang dibutuhkannya. Banyak merek Gadegt yang berharga terjangkau namun tak kalah lengkap menyediakan fitur yang dibutuhkan penggunanya.
Salah kaprah jika mengatakan bahwa gadget membuat manusia "mager" atau malas bergerak seperti kata anak-anak jaman sekarang, gadget bukan membuat mager, gadget justru mempermudah gerak dan memberikan banyak waktu bagi manusia untuk melakukan banyak hal karena kehadirannya telah memangkas banyak aktivitas tak perlu sehingga ada lebih banyak aktivitas lain bernilai yang dapat dilakukan. Misalnya membeli makanan dengan layanan online, bukankah waktu yang seharusnya kita gunakan untuk pergi ke restoran tersebut bisa kita gunakan untuk melakukan hal lain? bukan malah menganggapnya sebagai waktu luang karena sudah dikerjakan oleh teknologi. Sekali lagi kehadiran teknologi harus disikapi sebagai sebuah keharusan yang hadir tanpa bisa ditolak, kita harus menerima dan menyesuaikan diri atau kita akan tertinggal. /Isti
Salah kaprah jika mengatakan bahwa gadget membuat manusia "mager" atau malas bergerak seperti kata anak-anak jaman sekarang, gadget bukan membuat mager, gadget justru mempermudah gerak dan memberikan banyak waktu bagi manusia untuk melakukan banyak hal karena kehadirannya telah memangkas banyak aktivitas tak perlu sehingga ada lebih banyak aktivitas lain bernilai yang dapat dilakukan. Misalnya membeli makanan dengan layanan online, bukankah waktu yang seharusnya kita gunakan untuk pergi ke restoran tersebut bisa kita gunakan untuk melakukan hal lain? bukan malah menganggapnya sebagai waktu luang karena sudah dikerjakan oleh teknologi. Sekali lagi kehadiran teknologi harus disikapi sebagai sebuah keharusan yang hadir tanpa bisa ditolak, kita harus menerima dan menyesuaikan diri atau kita akan tertinggal. /Isti
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment